Kain tenun gringsing Khas Desa Tenganan, Bali menjadi salah satu jenis kain yang memiliki nilai tinggi. Hal ini tentu tidak tanpa alasan. Perbekel Desa Tenganan I Putu Yudiana mengungkapkan bahwa proses pembuatan tenun gringsing melalui proses yang panjang. Yakni mulai dari pengolahan benang hingga bahan kapas asli yang digunakan.
Benang tersebuut dicelupkan ke dalam minyak kemiri dan membutuhkan waktu sekitar 5 minggu. Setelah oti melalui proses ngelembengan dan proses ngrengan. Kain tersebut kemudian melalui proses pembuatan motuf dengan cara medbed.
Proses medbed dilakukan dengan cara mengikat kain menggunakan kain rafia agar pembuatan motif dapat diproses dengan baik. Setelah pembuatan motif, benang dicelupkan ke dalam pewarna alami seperti warna merah menggunakan mengkudu dan warna biru menggunakan indigo.
Yudiana mengungkapkan bahwa pencarian bahwa pewarna alami menjadikan warna kain menjadi lebih bagus meski melalui proses yang cukup sulit. Seperti pembuatan warna merah yang menggunakan akar mengkudu yang berasal dari Nusa Penida. Para pembuat kain tenun gringsing percaya bahwa tanaman yang tumbuh di tanah berkapur akan menjadikan warna kain menjadi merah menyala.
Yang perlu diketahui adalah proses pewarnaan tidak hanya dilakukan di Desa Tenganan. Untuk warna biru menggunakan indigo dilakukan di luar desa. Hal ini dilakukan karena tanaman tersebut memiliki aroma yang menyengat dan dapat menimbulkan pencemaran.
Setelah prosem pewarnaan rampung, tali yang telah diikat kemudian dibuka dan diberi tepung mengkudu agar warna merahnya keluar. Langkah berikutnya adalah mendiamkan kain hingga tiga bulan untuk kembali mengulangi proses yang sama.
Apabila warna merah sudah sesuai yang diharapkan maka proses menenun baru dimulai. Namun sebelumnya benang yang akan ditenung akan disikat menggunakan air tanak nasi agar presisi dan kaku. Jika kain terlalu lentur maka hasilnya akan kurang bagus.
Proses hitungan waktu yang cukup panjang membuat kain tenung gringsing memiliki harga yang tinggi hingga mencapai jutaan rupiah. Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami dengan 4 kali proses tersebut membuat kain tenun ini menjadi khas dan banyak diminati wisatawan saat berkunjung ke Bali.