Investasi di China Terpuruk: Ekonomi Gagal Pulih dan Apa Penyebabnya?

Investasi di China menunjukkan penurunan signifikan di tengah lambatnya pemulihan ekonomi negara tersebut. Data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS) pada Kamis (15/08) mengungkapkan bahwa perekonomian China gagal pulih seperti yang diharapkan, dengan tingkat pengangguran naik untuk pertama kalinya sejak Februari.

Konsumsi yang lemah dan investasi yang mengecewakan menjadi faktor utama yang menyeret pertumbuhan ekonomi negara dengan perekonomian senilai US$17 triliun ini.

Output industri pada Juli 2024 hanya meningkat 5,1% dibandingkan tahun sebelumnya, sedikit lebih rendah dari kenaikan 5,3% yang tercatat pada Juni. Sementara itu, tingkat pengangguran perkotaan mencapai 5,2%, menambah tekanan pada perekonomian.

Penjualan ritel juga hanya naik 2,7% secara tahunan, meskipun sedikit lebih baik dari bulan sebelumnya. Namun, peningkatan ini dinilai lebih disebabkan oleh basis perbandingan yang lebih rendah serta manfaat dari musim liburan musim panas, daripada peningkatan permintaan yang nyata.

Investasi di China, khususnya di sektor properti, mengalami penurunan yang signifikan. Investasi dalam pengembangan properti anjlok 10,2% pada tujuh bulan pertama tahun 2024, melanjutkan tren penurunan dari periode sebelumnya. Ini memberikan tekanan besar pada investasi aset tetap, yang hanya naik 3,6% dalam periode yang sama, lebih lambat dibandingkan kenaikan 3,9% pada enam bulan pertama.

Investasi oleh perusahaan milik negara juga mengalami pelambatan, dengan pertumbuhan hanya sebesar 6,3% dibandingkan 6,8% pada semester pertama. Sementara itu, investasi oleh perusahaan swasta stagnan, mencerminkan ketidakpastian yang masih melingkupi sektor tersebut.

Ketidakmampuan perekonomian China untuk pulih secara signifikan ini meningkatkan seruan untuk stimulus kebijakan tambahan. Para pemimpin China pada pertemuan Politburo baru-baru ini menunjukkan sikap lebih mendukung terhadap pertumbuhan, menghadapi tantangan besar dalam mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar 5%. Meski demikian, skeptisisme pasar masih tinggi terhadap efektivitas janji-janji ini.

Dengan tekanan dari luar negeri yang meningkat dan permintaan domestik yang belum pulih, masa depan investasi di China terlihat penuh tantangan. Hal ini semakin memperjelas perlunya pendekatan yang lebih terfokus dan efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di negara tersebut.

Demikian informasi seputar penurunan investasi di China. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Scopecorner.Com.

Berita Terkini

Investasi BYD Auto: Dorongan Besar untuk Pertumbuhan Industri Kendaraan Listrik di Indonesia?

Indonesia semakin menjadi sorotan sebagai pusat investasi kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara. Salah satu investasi besar yang akan segera terealisasi adalah dari perusahaan kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD Auto. Investasi BYD Auto direncanakan untuk membangun pabrik senilai Rp15,3 triliun di Subang Smartpolitan, dengan target penyelesaian dan produksi pada akhir 2026. Keputusan itu membawa harapan […]

Read More
Berita Terkini

Harga Batu Bara Menguat, Proyeksi 2025 Bakal Tetap Volatil?

Harga batu bara menunjukkan tren penguatan pada Rabu (29/1), didorong oleh proyeksi dari firma analis BMI, bagian dari Fitch Solutions. Sementara harga batu bara Newcastle untuk Januari 2025 turun tipis US$0,25 menjadi US$114,8 per ton, kontrak Februari 2025 justru naik US$1,3 menjadi US$116,05 per ton. Harga Maret 2025 mencatat kenaikan lebih tajam sebesar US$1,55 menjadi […]

Read More
Berita Terkini

Rekor Impor Batu Bara China: Moncer Sampai 542,7 Juta Ton pada 2024!

Impor batu bara China mencatatkan pertumbuhan signifikan pada 2024, mencapai 542,7 juta metrik ton, atau naik 14,4% dari tahun sebelumnya yang sebesar 474,42 juta ton. Menurut data Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok, ini menjadi rekor tertinggi bagi Negeri Tirai Bambu. Peningkatan ini didorong oleh penurunan harga batu bara internasional, yang membuat impor menjadi lebih ekonomis […]

Read More