Inflasi di China pada Maret 2023 menunjukkan angka yang rendah, dengan tingkat 0,7 persen, yang merupakan penurunan dari 1 persen di Februari 2023. Data menunjukkan bahwa inflasi terendah sejak September 2021. Inflasi makanan turun ke level terendah dalam 10 bulan menjadi 2,4 persen karena penurunan harga sayuran segar, meskipun harga daging babi naik.
Penurunan Inflasi di China tersebut didorong oleh pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh People’s Bank of China (PBOC) untuk menarik investasi dari dalam negeri dan meningkatkan perekonomiannya. China berharap penurunan harga dan suku bunga dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak berbelanja dan memberikan sinyal positif bagi perekonomian yang tertekan selama setahun akibat pandemi COVID-19.
Penurunan Inflasi di China Menandakan Aktivitas Ekonomi Tidak Berjalan
Namun, sebagian ekonom berpendapat bahwa kebijakan tersebut justru dapat menekan pertumbuhan ekonomi China. Inflasi yang rendah juga menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi tidak berjalan dengan baik, bahkan dinilai sebagai deflasi. Meskipun pertumbuhan ekonomi China mencapai 4,5 persen pada kuartal I-2023, beberapa ekonom berpendapat bahwa pertumbuhan tersebut hanyalah dampak dari permintaan yang terpendam di kalangan pembeli setelah tiga tahun pembatasan pandemi, bukan karena daya beli masyarakat yang meningkat.
Sementara itu, biaya transportasi dan perumahan menunjukkan kontraksi, sementara harga non-makanan terus menurun. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian masih menghadapi tantangan dalam upaya memulihkan aktivitas ekonomi secara menyeluruh. Jadi kemungkinan Inflasi di China bakal segera terjadi? Dalam konteks ini, pemangkasan suku bunga oleh PBOC memang dapat memberikan efek jangka pendek yang positif bagi perekonomian China, namun tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih komprehensif dan terukur dalam mengatasi deflasi dan memulihkan aktivitas ekonomi China secara keseluruhan. Akankah Inflasi di China bakal terjadi pada akhir tahun nantinya?