Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Terpusat di Jawa

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai merata. Meski demikian, kontribusi yang paling besar masih berada di Pulau Jawa. BPS merilis daya pada kuarta III-2018, ekonomi Indonesia tumbu dan melambay dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Jika melihat pertumbuhan di wilayah yang terdampak bencana alam maka wilayah tersebut mengalami perlambatan. Namun untuk kontribusi terhadap perekonomian masih tinggi. Data dari BPS realisasi pertumbuhan ekonomi nasional secara komulatif hingga September 2018 sebesar 5,17%.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan bahwa realisasi pertumbuhan nasional hingga September pada kuartal III 2018 lebih tinggi dibandingkan realisasi APBN yang diproyeksikan 51,%.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III lebih lambat dibandingkan pada kuartal II yang tercatat 5,27%. Sementara jika dilihat secara kuartalan, ekonomi RI tumbuh 3,09%. Suhariyanto menjelaskan mengenai masih adanya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diwarnai adanya defisit neraca dagang.

Dalam hal kontribusi, pertumbuhan ekonomi masih berpusat di Pulau Jawa. Menurut Suhariyanto, kontribusi di Pulau Jawa mencapai 5,17% dengan share 58,57%. Kemudian di Pulau Sumatera sebesar 4,72% dengan share 21,53%.

Selanjutnya pertumbuhan ekoni di Pulau Kalimantan sebesar 3,45% dengan share 8,07%. Pertumbuhan ekonomi di Pulau Sulawesi mencapai 6,74% dengan share mencapai 6,28%. Untuk Paulau Bali dan Nusa Tenggara tumbuh minus 0,65% dengan share 3,04%. Sementara Maluku dan Papua tumbuh 6,87% dengan share 2,51%.

Realisasi pertumbuhan ekonomu tertahan karena adanya defisit neraca peradangan. Padahal ekspor Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Meski demikian pertumbuhan ekspor yang positif tersebut tidak diimbangi naiknya impor Indonesia di kuartal III. Menurut Suhariyanto, kondisi ini yang menjadi perhatian pemerintah.

Suhariyanto menjelaskan bahwa realisasi belanja pemerintah seperti halnya belanja barang dan jasa menjadi kunci utama yang memiliki kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi. Realisasi belanja pemerintah seperti belanja barang dan jasa menjadi kunci utama yang memiliki kontribsi besar untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Ekonomi

Resesi Ekonomi Jerman di Kuartal I 2023: Dampak Inflasi Tinggi dan Penurunan Konsumsi

Ekonomi Jerman menghadapi tantangan serius pada awal tahun 2023 karena terjadinya resesi. Penyebab utama resesi ini adalah konsumsi rumah tangga yang terdampak oleh inflasi tinggi. Menurut laporan dari Reuters, pertumbuhan ekonomi Jerman mengalami penyusutan sebesar 0,3% pada kuartal pertama tahun ini. Pada kuartal keempat 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman bahkan mengalami penurunan sebesar 0,5%. […]

Read More
Ekonomi

Sri Mulyani: Pembiayaan Utang Rp243,9 Triliun Jadi Strategi Keuangan Tepat di Tengah Tantangan?

Kementerian Keuangan mencatat capaian realisasi pembiayaan utang melalui penerbitan surat utang hingga bulan April 2023. Angka tersebut mencapai Rp243,9 triliun, setara dengan 35% dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp696,4 triliun dalam APBN 2023. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa realisasi pembiayaan utang terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp240 triliun, […]

Read More
Ekonomi

Inflasi di China: Alami Deflasi Sejak Maret 2023 dengan Tingkat Inflasi 0,7 Persen?

Inflasi di China pada Maret 2023 menunjukkan angka yang rendah, dengan tingkat 0,7 persen, yang merupakan penurunan dari 1 persen di Februari 2023. Data menunjukkan bahwa inflasi terendah sejak September 2021. Inflasi makanan turun ke level terendah dalam 10 bulan menjadi 2,4 persen karena penurunan harga sayuran segar, meskipun harga daging babi naik. Penurunan Inflasi […]

Read More