Proyek Migas Rusia di Indonesia Terancam Tertunda Akibat Sanksi UE, Gini Penjelasannya!

Proyek migas Rusia di Indonesia, khususnya proyek kilang Tuban, mengalami penundaan akibat dampak dari sanksi Uni Eropa (UE) yang baru diterapkan. Pakar industri migas Komaidi Notonegoro menyebutkan bahwa proyek tersebut, yang melibatkan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PJSC Rosneft Oil Company, kini menghadapi kelambatan dalam pengerjaannya.

Sanksi UE yang baru saja diumumkan pekan lalu dinilai memperlambat proses pengembangan sejumlah proyek migas Rusia, termasuk yang ada di Indonesia.

Proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban yang digarap oleh KPI bersama Rosneft saat ini masih dalam fase pengembangan awal, yakni pembukaan lahan. Meskipun pengerjaan proyek terus berjalan, sanksi terhadap Rusia membuat kemajuan proyek ini menjadi lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Komaidi mengungkapkan bahwa meski proyek tetap berjalan, dampak dari sanksi UE menyebabkan pengerjaannya tidak secepat yang diharapkan. Penundaan ini berpotensi mempengaruhi keputusan investasi akhir (FID) yang diharapkan tercapai pada kuartal IV-2025.

Risiko Eksternal yang Mengancam Proyek Migas Rusia di Indonesia

Komaidi juga menyarankan pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan kembali kerja sama sektor energi dengan Rusia. Sanksi yang diterapkan oleh UE dan ancaman tarif tinggi yang dilontarkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara yang berafiliasi dengan Rusia dapat menambah risiko bagi kelangsungan proyek migas.

Pemerintah perlu cermat dalam melanjutkan kerjasama dengan Rusia agar tidak terkena dampak sanksi internasional yang dapat membatasi potensi keuntungan dan memperburuk kelangsungan proyek migas di Indonesia.

Meskipun menghadapi tantangan dari sanksi global, proyek kilang Tuban yang bernilai US$24 miliar ini masih diharapkan dapat selesai sesuai rencana setelah FID dicapai. Dengan kapasitas olah minyak 300.000 barel per hari, proyek ini memiliki potensi besar bagi sektor migas Indonesia.

Namun, kendala dari sisi regulasi internasional dan lambatnya perkembangan proyek menunjukkan bahwa kelancaran proyek migas Rusia di Indonesia tetap bergantung pada dinamika geopolitik dan kebijakan internasional.

Proyek migas Rusia di Indonesia, khususnya kilang Tuban, menghadapi tantangan besar akibat sanksi UE dan ketegangan geopolitik. Meskipun proyek tetap berjalan, keterlambatan dalam keputusan investasi dan kelambatan proses pembangunan menunjukkan bahwa dinamika internasional memiliki pengaruh signifikan terhadap kelangsungan proyek migas Rusia di Indonesia. Pemerintah perlu memperhitungkan risiko-risiko ini dalam melanjutkan kerjasama jangka panjang dengan Rusia di sektor energi.

Demikian informasi seputar proyek migas Rusia di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Scopecorner.Com.

Berita Terkini

Investasi Saham Beyond Meat: Perjalanan Pahit bagi Investor dalam Lima Tahun Terakhir?

Saham Beyond Meat, yang dulunya sangat digemari di Wall Street setelah debut IPO-nya pada 2019, kini mengalami penurunan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Meski saham perusahaan ini sempat melonjak setelah IPO, kini nilainya telah turun lebih dari 99% dibandingkan dengan kinerja indeks S&P 500 yang mencatatkan kenaikan 84% dalam periode yang sama. Permintaan untuk […]

Read More
Berita Terkini

Bisnis Baju Impor China Kuasai Pasar Indonesia, Produsen Lokal Makin Menjerit?

Maraknya bisnis baju impor China semakin menekan industri tekstil dan garmen nasional. Fenomena ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi produsen dalam negeri di tengah gempuran produk impor dengan harga murah dan volume besar. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menjelaskan bahwa ketimpangan antara kapasitas produksi nasional dan kebutuhan pasar menjadi salah satu penyebab utama membanjirnya produk […]

Read More
Berita Terkini

Ekspor Batu Bara Ambles sampai 20,85 Persen, Hanya Sumbang USD 17,94 Miliar hingga September 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor batu bara Indonesia masih mengalami kontraksi pada tahun 2025. Sepanjang Januari hingga September, nilai ekspor batu bara hanya mencapai 17,94 miliar dolar AS, turun 20,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 22,67 miliar dolar AS. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa […]

Read More