Pasar Batu Bara ASEAN Tak Mampu Redam Penurunan Ekspor ke China, Ternyata Gini Alasannya!

Penurunan permintaan batu bara dari China terus memberi dampak signifikan terhadap industri batu bara Indonesia. Rencana untuk mengalihkan ekspor batu bara ke Pasar Batu Bara ASEAN, meskipun dianggap sebagai langkah sementara, belum mampu mengimbangi penurunan ekspor ke China yang cukup tajam.

Hal itu terungkap dalam laporan terbaru dari Energy Shift Institute (ESI), yang mencatat bahwa ekspor batu bara Indonesia ke China pada semester pertama 2025 mengalami penurunan 21% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pasar Batu Bara ASEAN: Solusi Sementara Hadapi Penurunan Ekspor ke China

Menurut laporan ESI, meski Indonesia berusaha mengalihkan ekspor batu bara ke negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, volume ekspor ke kawasan ini hanya tercatat 55 juta ton. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan penurunan ekspor ke China yang mencapai 23 juta ton, setara dengan 43% dari total ekspor Indonesia ke empat negara ASEAN tersebut.

Hal itu menunjukkan bahwa meskipun pasar ASEAN penting, skala konsumsi batu bara dan kebutuhan energi China masih jauh lebih besar.

Di sisi lain, kawasan ASEAN kini tengah mengarahkan kebijakan energi mereka menuju diversifikasi dengan menggunakan energi terbarukan dan gas sebagai pengganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

Sebagai contoh, Vietnam telah menghentikan beberapa PLTU yang tidak efisien dan membatasi proyek batu bara baru, sehingga memperkecil potensi daya serap batu bara di kawasan ini.

Pemerintah Indonesia perlu memikirkan strategi jangka panjang yang lebih berkelanjutan untuk menghadapi penurunan ini.

Mengingat pertumbuhan permintaan batu bara di dalam negeri yang diperkirakan hanya sekitar 14 juta ton atau 6% pada 2025, produsen batu bara masih enggan mengalihkan pasokan ke pasar domestik, terutama terkait kebijakan Domestic Market Obligation (DMO).

Meskipun upaya untuk mengalihkan ekspor batu bara Indonesia ke Pasar Batu Bara ASEAN merupakan langkah sementara yang dapat menjaga arus pendapatan jangka pendek, kenyataannya pasar ini belum dapat mengimbangi penurunan yang signifikan dari China.

Negara-negara ASEAN juga beralih ke energi terbarukan, yang semakin memperkecil potensi pasar batu bara di kawasan ini.

Oleh karena itu, Indonesia perlu merumuskan strategi jangka panjang yang lebih berkelanjutan untuk menghadapi penurunan ekspor batu bara, termasuk melalui pengembangan energi bersih dan diversifikasi industri.

Demikian informasi seputar kondisi pasar batu bara ASEAN. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Scopecorner.Com.

Berita Terkini

Investasi Saham Beyond Meat: Perjalanan Pahit bagi Investor dalam Lima Tahun Terakhir?

Saham Beyond Meat, yang dulunya sangat digemari di Wall Street setelah debut IPO-nya pada 2019, kini mengalami penurunan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Meski saham perusahaan ini sempat melonjak setelah IPO, kini nilainya telah turun lebih dari 99% dibandingkan dengan kinerja indeks S&P 500 yang mencatatkan kenaikan 84% dalam periode yang sama. Permintaan untuk […]

Read More
Berita Terkini

Bisnis Baju Impor China Kuasai Pasar Indonesia, Produsen Lokal Makin Menjerit?

Maraknya bisnis baju impor China semakin menekan industri tekstil dan garmen nasional. Fenomena ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi produsen dalam negeri di tengah gempuran produk impor dengan harga murah dan volume besar. Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menjelaskan bahwa ketimpangan antara kapasitas produksi nasional dan kebutuhan pasar menjadi salah satu penyebab utama membanjirnya produk […]

Read More
Berita Terkini

Ekspor Batu Bara Ambles sampai 20,85 Persen, Hanya Sumbang USD 17,94 Miliar hingga September 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor batu bara Indonesia masih mengalami kontraksi pada tahun 2025. Sepanjang Januari hingga September, nilai ekspor batu bara hanya mencapai 17,94 miliar dolar AS, turun 20,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 22,67 miliar dolar AS. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa […]

Read More