Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor batu bara Indonesia masih mengalami kontraksi pada tahun 2025. Sepanjang Januari hingga September, nilai ekspor batu bara hanya mencapai 17,94 miliar dolar AS, turun 20,85 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 22,67 miliar dolar AS.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa penurunan ekspor ini disebabkan oleh melemahnya harga batu bara global dan menurunnya permintaan dari beberapa negara mitra utama.
Dari sisi volume, ekspor batu bara juga turun menjadi 285,23 juta ton dari 299,41 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. “Nilai ekspor batu bara turun 20,85 persen secara kumulatif,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/11/25).
Meski demikian, sektor ekspor nonmigas Indonesia secara keseluruhan masih menunjukkan performa positif. Komoditas lain seperti besi dan baja mencatat peningkatan nilai ekspor sebesar 11,81 persen menjadi 21,01 miliar dolar AS.
Ekspor Batu Bara Lesu, BPS Soroti Penurunan Volume dan Nilai Sepanjang 2025
Sementara itu, ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya melonjak 32,40 persen menjadi 18,14 miliar dolar AS. Ketiga komoditas utama, besi dan baja, batu bara, serta CPO— memberikan kontribusi sekitar 28,58 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari–September 2025.
Penurunan ekspor batu bara ini menjadi sinyal perlunya diversifikasi ekspor energi nasional. Pemerintah terus mendorong hilirisasi industri tambang agar Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah, tetapi mampu menghasilkan produk turunan bernilai tambah tinggi.
Lesunya ekspor batu bara pada 2025 menunjukkan tantangan bagi sektor energi dan perdagangan Indonesia. Dengan memperkuat hilirisasi dan diversifikasi pasar, Indonesia diharapkan mampu menjaga stabilitas ekspor di tengah perubahan pasar global.
Demikian informasi seputar amblesnya ekspor batu bara 2025. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Scopecorner.Com.