Krisis Harga Batu Bara: Menyentuh Level Psikologis, Penurunan Berlanjut

Harga batu bara terus mengalami penurunan dan kini menyentuh level psikologis di bawah US$140 per ton. Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya permintaan di pasar Asia dan Eropa menjelang akhir tahun, seiring dengan bertambahnya pasokan yang melimpah. Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup pada posisi US$138,1 per ton, mengalami penurunan sebesar 1,36% pada perdagangan Kamis (28/12/2023). Penurunan ini memperpanjang tren negatif batu bara yang telah melemah dalam empat hari terakhir, dengan penurunan total mencapai 2,51%.

Penyebab utama penurunan harga batu bara adalah melemahnya permintaan, khususnya di pasar Asia, terutama India dan China, yang saat ini memiliki pasokan yang lebih dari mencukupi di China. Sementara itu, India cenderung lebih memilih impor batu bara dari Afrika Selatan. Produksi batu bara India pada tahun fiskal 2023/2024, hingga 25 Desember, mencapai 664,37 juta ton.

Pasokan batu bara India di sektor pembangkit listrik mencapai 91,05 juta ton pada tanggal yang sama, menunjukkan peningkatan sebesar 21,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan produksi yang tinggi, pemerintah India optimis bahwa kebutuhan dalam negeri akan terpenuhi, sehingga impor dapat dikurangi. Penurunan permintaan impor di Asia Pasifik berdampak signifikan terhadap lalu lintas perkapalan di kawasan tersebut.

Selain itu, harga batu bara turut terdampak oleh penurunan harga energi lainnya, seperti minyak dan gas. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) mengalami penurunan sebesar 6,78% menjadi 33,11 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan terakhir. Begitu juga dengan harga minyak yang mengalami penurunan sebesar 2% karena permintaan yang melandai. Selama setahun terakhir, harga gas alam telah mengalami penurunan mencapai 57%. Penurunan harga gas ikut menarik turun harga batu bara, mengingat keduanya adalah sumber energi yang sering saling menggantikan.

Permintaan energi tidak tumbuh kuat menjelang akhir tahun ini, terutama karena musim dingin diproyeksikan lebih moderat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Faktor ini membuat permintaan akan pemanas ruangan melandai, sehingga harga energi, termasuk batu bara, mengalami penurunan. Suhu yang lebih hangat dari biasanya di beberapa kota di Eropa turut berkontribusi pada penurunan permintaan energi.

Demikian informasi seputar perkembangan terbaru harga batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Scopecorner.Com.

Berita Terkini

Investasi BYD Auto: Dorongan Besar untuk Pertumbuhan Industri Kendaraan Listrik di Indonesia?

Indonesia semakin menjadi sorotan sebagai pusat investasi kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara. Salah satu investasi besar yang akan segera terealisasi adalah dari perusahaan kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD Auto. Investasi BYD Auto direncanakan untuk membangun pabrik senilai Rp15,3 triliun di Subang Smartpolitan, dengan target penyelesaian dan produksi pada akhir 2026. Keputusan itu membawa harapan […]

Read More
Berita Terkini

Harga Batu Bara Menguat, Proyeksi 2025 Bakal Tetap Volatil?

Harga batu bara menunjukkan tren penguatan pada Rabu (29/1), didorong oleh proyeksi dari firma analis BMI, bagian dari Fitch Solutions. Sementara harga batu bara Newcastle untuk Januari 2025 turun tipis US$0,25 menjadi US$114,8 per ton, kontrak Februari 2025 justru naik US$1,3 menjadi US$116,05 per ton. Harga Maret 2025 mencatat kenaikan lebih tajam sebesar US$1,55 menjadi […]

Read More
Berita Terkini

Rekor Impor Batu Bara China: Moncer Sampai 542,7 Juta Ton pada 2024!

Impor batu bara China mencatatkan pertumbuhan signifikan pada 2024, mencapai 542,7 juta metrik ton, atau naik 14,4% dari tahun sebelumnya yang sebesar 474,42 juta ton. Menurut data Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok, ini menjadi rekor tertinggi bagi Negeri Tirai Bambu. Peningkatan ini didorong oleh penurunan harga batu bara internasional, yang membuat impor menjadi lebih ekonomis […]

Read More